Jumat, 31 Juli 2009

Perajin Arak Tetap Berproduksi


Komitmen aparat penegak hukum untuk memberangus peredaran minuman beralkohol menjadi polemik di kalangan para perajin minuman tradisional di Karangasem. Bagaimana tidak, para pengusaha rumah tangga yang sudah menggeluti industri dengan memanfaatkan potensi lingkungannya secara turun temurun itu sulit dilakukan. Terutama bagi daerah yang selama ini menjadi sentra produksi arak seperti di Banjar Adat Merita, Kecamatan Abang.
Disamping sebagai mata pencaharian sehari – hari, potensi bahan baku yang berasal dari pohon rontal yang menghasilkan banyak tuak, jika tidak diolah menjadi arak, akan terbuang percuma dengan tidak bernilai ekonomis. Di daerah tandus berbatasan dengan kecamatan kubu itu pohon rontal bisa tumbuh subur. Selain memanfaatkan daunnya untuk berbagai kepentingan, seperti kerajinan atau bahan upacara keagamaan, warga juga mencari tuaknya. Cairan dari batang buah yang diolah sedemikian rupa hingga menghasilkan cairan sejenis nira itu oleh beberapa warga diminum atau untuk bahan baku pembuatan gula aren. Sementara tuak yang tidak bisa diolah menjadi gula dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan arak. Kelian Banjar Adat Merita I Gede Tulamben mengaku produski arak di desanya sudah diwarisi secara turun temurun. Dari 500 KK jumlah penduduk, 98 persen memproduksi arak. Produksi arak tersebut sebagian besar di pasarkan ke berbagai kota di Bali yang juga merambah pasar pariwisata. Bahkan pasarnya juga sampai ke luar Bali seperti Lombok dan Sumbawa. Menurut Tulamben, arak yang diproduksi warga di desanya menjadi tiga jenis, yakni arak lobong, dikenal dengan sebutan arak api atau arak kelas satu. Biasanya arak yang menyala jika dibakar itu digunakan untuk cairan boreh, bagi yang memiliki penyakit reumatik, atau menghangatkan badan saat kedinginan. Sedangkan arak kelas II dan III dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan upacara, atau dipasarkan ke hotel –hotel di Bali oleh pengepul. “Kalau diminum tidak berlebihan, atau tidak dicampur dengan bahan kimia, tidak berbahaya jika dikonsumsi,”ujarnya meyakinkan. Disebutkan harga arak pada masing-masing kelas dan takarannya pun berbeda. Untuk arak kelas super (arak api) harganya Rp 15.000, per liter, kelas II Rp 10 ribu, dan kelas III mencapai Rp 7500 per liter. Dari hasil pembuatan arak bagi warga Merita rata – rata mampu mengantongi keuntungan rata-rata sebesar Rp 20 ribu per hari. Untuk pemasaran, lanjut Tulamben, warga tinggal memasarkan kepada pengepul di desanya yang dibeli oleh pedagang-pedagang kelontongan dengan sistem barter. Warga di desa itu umumnya menukarkan arak dengan sembako seperti beras dan bahan makanan lainnya. Ditambahkan sejak ditertibkannya minuman keras beberapa tahun belakangan ini oleh pihak keamanan, pihak pengepul tidak menampik melakukannya dengan cara kucing – kucingan, agar tidak diketahui oleh aparat keamanan. Meski merugi namun warga tetap berproduksi sembari berharap Pemerintah mencarikan solusi yang bisa menaungi para perajin, hingga tidak dihatui rasa was-was saat berproduksi




KKM Siap - Siap Buka Cabang Dan Swalayan


Manajemen memastikan bakal menghidupkan kembali swalayan yang telah memiliki 3 cabang, di Kecamatan Bebandem, Kecamatan Selat, Kecamatan Manggis dan 1 Trade Center yang sekaligus berada di kantor pusatnya di Jalan Ahmad Yani Subagan. Ketua KKM Nyoman Suwardana, mengatakan pergerakan ekonomi kerayaktan KKM berada di perdagangan umum termasuk swalayan yang dimiliki. Diakui pasca penggerebegan oleh aparat dan pembekuan usaha, banyak barang seperti beras dan makanan serta minuman yang kedaluwarsa dan tidak layak konsumsi. “Barang-barang milik KKM yang masih layak akan kita jual dengan sistem cuci gudang, sedang yang rusak dibuang saja,”ujarnya. Dikatakan pertengahan bulan Agustus ini swalayan yang kini sedang tahap penataan akan dibuka kembali. Demikian halnya swalayan yang ada di tiga cabang lainnya juga akan dibuka kembali untuk mendukung usaha KKM yang mengalami keterpurukan.Sembari meneruskan program pengembalian dana nasabah, pihaknya juga mengaku terus melakukan pendekatan kepada nasabah diajak masuk sebagai anggota baru. Anggota Pansus DPRD karangasem I Nengah Darma punya pendapat lain. Dia minta agar KKM lebih fokus mengembalikan dana nasabah sebelum merencanakan usaha lainnya. Menurut Darma dibukanya kembali KKM adalah untuk memuluskan langkah KKM dalam mengembalikan dana masyarakat.”Kalau uang nasabah sudah dikembalikan semua, silahkan bentuk lagi koperasi yang baru dengan aturan dan dasar hukum yang jelas,”tegasnya. Dia sendiri mengaku khawatir jika persoalan KKM semakin menjelimet karena persoalan pengembalian uang nasabah yang belum kelar akan memicu persoalan baru. Menanggapi hal itu Pengurus KKM I Made Mintaka menerangkan justru dengan dibangkitkannya usaha KKM sebagai salah satu langkah untuk mempercepat pengembalian dana nasabah yang saat ini masih dalam kondisi minus. Dia meyakinkan dengan program yang telah disusun pengurus akan dapat memulihkan kondisi keuangan KKM dalam tempo 6 bulan kedepan. Antrean nasabaha yang ingin mencairkan dananya kembali semakin membeludak setelah pihak menejemen memutuskan mulai mengembalikan dana nasabah diatas Rp 10 juta selain pengembalian dana 10 juta kebawah. Untuk nasabah 10 juta plus dilayani 200 orang dalam sehari, sementara yang datang jumlahnya sampai dua kali lipatnya.”Karayawan KKM minta agar datang besok,”ujar Ni Luh suartini yang urung mendaptarkan aplikasinya karena, tidak kebagian nomer antrean. Nasabah asal Abang, Karangasem ini mengaku sudah tidak sabar ingin menarik uangnya kembali untuk kepentingan keluarga.”Kalau saja dulu tidak ditutup mungkin sudah dua kali play,”ujar nasabah lainnya. Meski demikian nasabah bersangkutan mengaku cukup menyadari konsekuensi yang harus dihadapi KKM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar