Bergairah, potensi bunga dan busung di kawasan rendang menjadi sasaran pembeli dari luar daerah untuk mengunjungi Tenten Batusesa== Pasar Tenten Batusesa, Rendang mulai bergairah dengan adanya aktifitas harian para pedagang bunga dan busung. Pasar yang aktif setiap hari dari Jam 08.00 pagi hingga pukul 12.00 siang itu selalu ramai dikunjungi penjual dan pembeli bunga dari seantero wilayah Rendang. Menurut Kelian Banjar Adat yang juga Kordinator Pasar I Wayan Daging, aktifitas pasar bunga dan busung yang berkembang sejak 3 bulan lalu.”Awalnya sengaja hanya diisi dengan 1 timbangan untuk menimbang bunga, namun lama kelamanaan makin ramai didatangi penjual bunga. Penjual bunga datang dari Temukus, Tegallinggah, Batang, Batusesa sendiri,”katanya. Disebutkan dalam sehari sekitar 20 mobil Coll berdatangan mengambil bunga gumitir dan busung biasanya dikirim lagi ke Klungkug, Badung, Denpasar, Gianyar maupun Karangasem. Menurut Daging, setiap hari cukai yang dipungut sekitrar Rp. 500.000 digunakan oleh Banjar Adat untuk mendukung pelaksanaan Program Pendidikan Usia Dini(PAUD). Pertigaan Batusesa kian ramai menyusul dibangunnya SMP 3 Rendang, Adanya Reservoar Bak Penampung Air dari Mata Air Surya untuk Proyek Air Baku Telaga Waja, yang akan didistribusikan ke 7 Kecamatan di Kabupate Karangasem kecuali Rendang. Pasar kecil yang disebut Tenten itu, kini kondisinya kurang layak menampung para pedagang selain atapnya bocor juga perlu diperluas. Untuk itu menurut Kepala Dusun Komang Jata didampingi Wayan Daging, mengharap Pemkab Karangasem dapat mendukung perbaikan ifrastruktur Pasar tersebut sehingga lebih represetatif dalam meunjang aktifitas jual-beli spesialis Pasar Bunga Gumitir dan Busung. Dusun Batusesa yang didukung 225 KK warga setempat, mengandalkkan sumber mata pencaharian dari bertani dengan sumber air sebagian mengambil dari Resevoar Batusesa yang diangkat dari Mata Air Surya Rendang. KKM Rencanakan Tarik Play Mobil Nasabah KKM masih diselimuti berbagai pertanyaan terkait kelangsungan program yang akan dijalankan koperasi tersebut. Meski kerap dilakukan sosialisasi terkait pencairan dana nasabah dengan program kerja yang dalam hitungan KKM mampu memulihkan kondisi keuangan dalam jangka waktu 6 bulan kedepan. Namun beberapa nasabah mengaku masih belum jelas soal kelanjutan program yang sebelumnya dijalankan KKM. Program tersebut diantaranya play mobil dan sepeda motor. Ketua KKM I Nengah Suardana menyampaikan bahwa pihaknya akan minta kepada nasabah membayar kekurangannya. Mengingat untuk mendapat kendaraan, sebelumnya nasabah hanya dikenai sekitar 40 persen dari harga kendaraan tersebut. Sementara kondisi keuangan pasca penggerebegan oleh aparat yang masih minus memaksa KKM mengambil langkah tepat menanggulangi kekurangan dana untuk mengembalikan uang nasabah. Salah satunya dengan menarik kembali play mobil dan kendaraan bermotor. Bagi nasabah yang sudah mendapatplay rencananya akan dikenakan biaya tambahan disesuaikan dengan harga jual di dealer resmi. Untuk meringankan beban nasabah, Pihak KKM sendiri kata Suardana akan memberikan solusi bagi mereka yang play kendaraan meminjam pada koperasi simpan pinjam milik KKM. Namun hal itu baru sebatas rencana.”Kita masih mencarikan solusi agar nasabah tidak merasa diberatkan,”ujarnya. Anggota Komisi I DPRD Karangasem I Gede Muna menilai langkah yang diambil KKM minta biaya tambahan bagi nasabah play kendaraan terbilang wajar mengingat beban pengembalian uang nasabah nilainya cukup besar. Selain menarik play mobil, Muna minta KKM menemukan solusi lain untuk menanggulangi masalah tersebut.”Sebelum program berjalan agar disosialisasikan kepada nasabah,”katanya. Dia menuntut agar uang nasabah yang sebelumnya dipakai membayar play kendaraan tersebut agar tetap diperhitungkan. Sementara beberapa nasabah mengaku pasrah menerima hal itu.”Mau bilang apalagi, namanyajuga musibah,”ujar salah satu nasabah. Sementara nasabah yang lain minta agar pengurus KKM terlebih dulu melakukan pertemuan dengan mereka yang play mobil untuk memecahkan masalah ini.”Pengurus jangan mengambil keputusan sepihak, harus dibicarakan dulu dengan nasabah,”ungkap I Nengah Suadi. Dia minta agar KKM juga memikirkan kondisi keuangan nasabah, karena tidak semua yang ngeplay mobil berasal dari keluarga mapan. Bupati Geredeg Dukung Pameran Bonsai Karangasem Serangkaian peringatan HUT Proklamasi ke-64 Persatuan Pencinta Bonsai Indonesia (PPBI) Cabang Karangasem menggelar pameran 10 Agustus mendatang. Selain mendapat respon banyak penggemar dan pencinta Bonsai, juga mendapat dukungan Bupati Karangasem I Wayan Geredeg, SH. Ketua PPBI Karangasem, Wayan Puspa Jaya SE, diwakili Ketua Pameran Bonsai Gst Ngurah Susila, mengatakan, pameran kali kedua ini bukan sekadar pameran biasa. Kendati bersifat local Karangasem, namun pameran yang rencananya akan memajang sekitar 100 bonsai tersebut dilengkapi penjurian dan pemilihan 10 besar bonsai terbaik dalam beragam katagori.”Juri yang memilih the best ten kami datangkan dari tingkat nasional,” jelas Ngurah Susila. Sementara Bupati Karangasem I Wayan Geredeg berharap pemeran bonsai yang digelar PPBI tak hanya dilaksanakan saat-saat memperingati hari kemerdekaan, tapi pameran mestinya dicarikan momentum yang khusus, sehingga karya seni bonsai bisa disaksikanmasyarakat banyak termasuk wisatawan yang melancong ke Karangasem. “Bila perlu setiap tahun diadakan even Bupati Cup,” tegasnya. Menurut Geredeg langkah kreatif seperti itu patut ditumbuh kembangkan sebagai salah satu upaya melestarikan lingkungan hidup.”Penghoby juga perlu ajang menunjukan kreatifitasnya,”tambah Geredeg saat menerima pengurus PPBI Karangasem dan Panitia Pameran Bonsai di ruang kerjanya, Kamis (30/7) kemarin. Pekat Usulkan Perusda Arak Polemik arak yang terjadi di Karangasem mengundang keperihatinan banyak kalangan. Legalitas arak yang hingga kini masih menjadi momok menakutkan bagi ribuan produsen minuman tradisional di bumi lahar belum menemukan solusi yang bisa diterima semua pihak. Di satu sisi arak merupakan salah satu sumber pendapatan keluarga. Sementara di lain pihak kitiadaan ijin membuat aparat penegak hukum terus garang memerangi peredaran minuman beralkohol tersebut. Kondisi demikian jelas terasa tidak adil bagi produsen arak yang notabene bermodal kecil. Sementara soal perizinan tidaklah mudah, apalgi biayanya lumayan besar. Polemik yang tak ada ujungnya ini pun mengundang reaksi dari Pembela Kesatuan Tanah Air (Pekat). LSM yang bergerak di bidang kemasyarakatan ini mengusulkan agar Pemkab Karangasem membentuk Perusda yang menampung seluruh arak yang diproduksi pengusaha kecil. ”Biarlah kami yang menjadi talenan, kalau nanti ada masalah, Karena tidak bisa dipungkiri,arak erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat di Bali,” ujar Ketua Pekat Bali, Mangku Rama dalam pertemuan antara Pekat dengan Bupati Karangasem I Wayan Geredeg, Kamis (30/7) kemarin. Dia berpendapat Persuda sebagai lembaga yang khusus menampung seluruh arak yang diproduksi pengerajin kecil berperan untuk membantu pemasaran dan peredaran arak. Dikatakan seluruh arak yang masuk kelembaga itu, dipilah lagi dan disesuaikan dengan kadar alkohol dan tingkat harga arah pasarnya.”Kalau kadar alkohol tinggi dijual dengan harga tinggi, tentu pembelinya juga kalangan ekonomi tinggi, bukan sembarangan orang,” jelas Mangku Rama. Selain bisa mengontrol produksi dan peredaran arak, Perusda diharapkan bisa memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Usul dari Pekat Bali ini ditanggapi positif oleh tokoh masyarakat Aabang, I Nyoman Semadi. Dia berpendapat dengan adanya pengonrol peredaran arak, akan mengurangi dampak yang ditimbulkan sekaligus menepis kesan bahwa arak dapat meracuni kehidupan masyarakat.“Perajin bisa tenang berproduksi, tidak lagi dibayang keresahan karena terus diuber petugas,”terangnya. Bupati Karangasem mendukungusulan tersebut. Namun Geredeg berpesan agar sebelum dilaksanakan agar dibahas lebih dulu dengan aparat dan instansi terkait.”Bila perlu dilokakaryakan agar bisa diterima semua kalangan,”tegasnya. Geredeg beralasan kepentingan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya jangan sampai tersangkut masalah hukum. Bagian Kesra Sebar Bingkisan Sembako Senilai Rp. 71,7 Milyar Tantangan mengatasi kemiskinan melalui penurunan angka kemiskinan menjadi pekerjaan rumah berat bagi Karangasem. Kendati baru mampu menurunkan angka kemiskinan sebesar 14,42 % dari 41.826 per bulan Mei 2006 turun 5.905 KK menjadi 35.921 KK pada tahun 2008. Dari masa bakti 5 tahun efektif baru intensif dilaksanakan selama 2 tahun (2006-2008). Melalui Program Pemberdayan Fakir Miskin Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteran Sosial (PMKSA), yang dilaksanakan melalui Kegiatan Pembinaan dan Sosialisasi Pengentasan Kemiskinan pada Bagian Kesra Setdakab Karangasem, melalui kegiuatan sosialisasi keliling disertai pemberian bantuan paket sembako (terdiri: beras, gula, kopi, minyak dan bimoli) senilai Rp 71,7 Milyar. Menurut Ka.Bag Kesra Ida Bagus Ngurah, Bsc, penangnan kemiskinan yang menjadi agenda utama pemerintak Kabupaten Karangasem setiap tahun masih memerlukan kerja keras seluruh elemen masyarakat bersama pemerintah. “Tanpaperan serta masyarakat mustahil angka kemiskinan bisa diturunkan secara sigifikan hingga khir tahun 2009,”’ujarnya. Peran serta masyarakat itu menurut IB Ngurah, dalam bentuk memposisikan status miskin memang bagi warga yang benar-benar tidak mampu, dari segi ketidakberdayaan dalam lapangan pekerjaan, tidak memilikim rumah layak huni serta tidak memilikim aset berharga. Jika masyarakat dengan tulus dan jujur mau membatu masyaakat yang memang benar miskin dan tidak merekayasa data yang ada optimis angka kemiskinan Karangasem dapat dieleminir dan bisa diturunkan secara signifikan. |
Kamis, 30 Juli 2009
Tenten Batusesa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar