Peringatan HUT RI ke-64 diharapkan menjadi momen bagi generasi muda Karangasem untuk meningkatkan pemahaman nilai sejarah perjuangan bangsa. Melalui sarasehan yang digelar di Wantilan Kantor Bupati Karangasem, Jumat (31/1) kemarin, Wabup Karangasem Gusti Lanang Rai berusaha mengingatkan pemuda Karangasem tentang perjuangan heroik para pendiri bangsa dalam sejarah perang yang terjadi di Dusun Tanah Aron, Abang, Karangasem.
Perang Tanah Aron, menurut Lanang Rai, merupakan salah satu perlawanan terbesar masyarakat Bali terhadap pendudukan tentara NICA. Pertempuran tersebut terjadi sebelum Perang Puputan Margarana tahun 1946. ‘’Dalam pertempuran di Tanah Aron, pejuang-pejuang kita berhasil melumpuhkan NICA. Sedikitnya 86 serdadu NICA tewas dalam pertempuran sengit tersebut,’’ terang Lanang Rai.
Perlawanan di Tanah Aron sendiri merupakan salah satu strategi yang diterpkan pasukan Ciung Wanara Pimpinan Letkol I Gusti Lanang Rai untuk memecah kekuatan NICA di Bali. Bersama sejumlah tokoh pejuang Karangasem seperti Pak Kolar dan Mayor Chandra Buana, perang tersebut berhasil dimenangkan. Meski akhirnya Gusti Ngurah Rai dan pasukannya gugur dalam perang Margarana, perang Tanah Aron memiliki makna tersendiri dalam sejarah perjuangan melawan NICA di Bali. ‘’Perang Tanah Aron dan sejumlah perlawanan sporadis lainnya bertujuan memecah konsentrasi NICA di Gilimanuk sehingga bala bantuan dari Jawa bisa masuk ke Bali,’’ ungkap Lanang Rai.
Sarasehan diikuti 100 peserta terdiri dari unsur kepemudaan, guru dan sejumlah veteran di Karangasem. Juga hadir Kadis Sosial Karangasem IB Wayan Jungutan, Kadis Sosial Bali Nyoman Puasha Aryana dan Direktur Keperintisan Kepahlawanan Kejuangan dan Kesetiakawanan Sosial (K3KS) Pusat, Muklis Malik. Dalam kesempatan itu, Lanang Rai mengajak generasi muda Karangsem untuk mendalami nilai-nilai sejarah sebagai bekal dalam mengisi kemerdekaan. ‘’Pemuda jangan sampai kehilangan arah,’’ tegasnya.
Sarasehan juga diisi dengan tanya jawab seputar Perang Tanah Aron. Peserta dari kalangan guru berharap perang besar tersebut bisa dibukukan dan dijadikan materi pelajaran kepada siswa.
Perang Tanah Aron, menurut Lanang Rai, merupakan salah satu perlawanan terbesar masyarakat Bali terhadap pendudukan tentara NICA. Pertempuran tersebut terjadi sebelum Perang Puputan Margarana tahun 1946. ‘’Dalam pertempuran di Tanah Aron, pejuang-pejuang kita berhasil melumpuhkan NICA. Sedikitnya 86 serdadu NICA tewas dalam pertempuran sengit tersebut,’’ terang Lanang Rai.
Perlawanan di Tanah Aron sendiri merupakan salah satu strategi yang diterpkan pasukan Ciung Wanara Pimpinan Letkol I Gusti Lanang Rai untuk memecah kekuatan NICA di Bali. Bersama sejumlah tokoh pejuang Karangasem seperti Pak Kolar dan Mayor Chandra Buana, perang tersebut berhasil dimenangkan. Meski akhirnya Gusti Ngurah Rai dan pasukannya gugur dalam perang Margarana, perang Tanah Aron memiliki makna tersendiri dalam sejarah perjuangan melawan NICA di Bali. ‘’Perang Tanah Aron dan sejumlah perlawanan sporadis lainnya bertujuan memecah konsentrasi NICA di Gilimanuk sehingga bala bantuan dari Jawa bisa masuk ke Bali,’’ ungkap Lanang Rai.
Sarasehan diikuti 100 peserta terdiri dari unsur kepemudaan, guru dan sejumlah veteran di Karangasem. Juga hadir Kadis Sosial Karangasem IB Wayan Jungutan, Kadis Sosial Bali Nyoman Puasha Aryana dan Direktur Keperintisan Kepahlawanan Kejuangan dan Kesetiakawanan Sosial (K3KS) Pusat, Muklis Malik. Dalam kesempatan itu, Lanang Rai mengajak generasi muda Karangsem untuk mendalami nilai-nilai sejarah sebagai bekal dalam mengisi kemerdekaan. ‘’Pemuda jangan sampai kehilangan arah,’’ tegasnya.
Sarasehan juga diisi dengan tanya jawab seputar Perang Tanah Aron. Peserta dari kalangan guru berharap perang besar tersebut bisa dibukukan dan dijadikan materi pelajaran kepada siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar